10 research outputs found

    Keanekaragaman Kupu-Kupu (Ordo : Lepidoptera) di Sekitar Kawasan Kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA)

    Get PDF
    Kupu-kupu merupakan Arthropoda yang termasuk dalam ordo Lepidoptera. Serangga ini dapat dijadikan bioindikator lingkungan. Keanekaragaman kupu-kupu cenderung menurun, seiring berkurangnya tutupan vegetasi (tutupan lahan) yang menjadi habitatnya. Pembangunan infrastruktur perkuliahan di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) diprediksi menyebabkan berkurangnya tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menganalisis keanekaragaman kupu-kupu di kawasan ITERA. Kupu-kupu dikoleksi dengan menggunakan metode jelajah (road sampling) pada dua lokasi yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 14 spesies kupu-kupu yang termasuk ke dalam 3 famili yaitu Nympalidae, Papilionidae dan Pieridae. Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan yaitu Orsotriaena sp.. Hasil analisis indeks diveristas mengindikasikan bahwa nilai indeks keanekaragaman kupu-kupu di kawasan ITERA tergolong dalam kategori sedang

    Determination of Grouper Species of Subfamily Epinephelinae from Raja Ampat (West Papua) Region Using CO1 Gene Sequence

    Get PDF
    The Raja Ampat Islands, located near the heart of the “Coral Triangle” on Bird's Head Peninsula, West Papua, Indonesia are well known for its outstanding biological diversity and stunning marine and terrestrial habitats. Groupers (family Serranidae) has included as part of the 5 largest families associated with coral reefs on the Bird’s Head region. The grouper identification was generally done on the basis of color patterns and morphological characters, but oftentimes these characters show intraspecific variations or differences in color patterns between juvenile and adult individuals. This study aims to confirm the type of grouper species that were obtained from the sport fishing activities around Raja Ampat Island. Species confirmation from subfamily of Epinephelinae determined by analyzing the number of differences of nucleotides and genetic distance on the sequence of the CO1 gene (Cytochrome oxidase subunit 1). A total of eight fish samples were successfully sequenced and aligned. Those samples consist of eight species belonging to the three genera namely Anyperodon, Epinephelus, and Cephalopolis

    Ekstraksi DNA total dari sumber jaringan hewan (Ikan Kerapu) menggunakan metode kit for animal tissue

    Get PDF
    DNA extraction is a series of processes to separate DNA from other cell components. Extraction is the most crucial early stage in molecular research. There are two methods in DNA extraction: traditional organic extraction and non-organic adoption extraction method. Traditional organic extraction method are used by many laboratories to obtain amount of high-yield DNA. However, in recent years it has been a tendency to adopt non-organic commercial protocols, known as extraction kit. This method was relatively faster, low times-consuming and avoid the toxicity due to phenol use. This study aims to determine the steps of DNA extraction to obtain total DNA from muscle tissue of fish grouper using Extraction Kit for Animal Tissue. The Kit extraction method has an advantages that is the processing time is shorter, simple, non-toxic and high-purity DNA yields. A total of 4 tissue samples from grouper muscle were successfully extracted using an Extraction Kit that was indicated by the visualization of the band on qualitative DNA analysis in 1% agarose gel. Keywords: DNA extraction, extraction kit, high-yield DNA, molecular metho

    MODEL CORAK BERPIKIR ANALITIS PADA MAHASISWA BERDASARKAN KESESUAIAN GAYA BELAJAR MAHASISWA DENGAN GAYA MENGAJAR DOSEN DAN METODE MENGAJAR DOSEN

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan studi kausal secara cross sectional yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi corak berpikir analitis mahasiswa. Corak berpikir analitis adalah strategi kognitif yang aktif dan sistematik untuk memeriksa, menilai dan memahami peristiwa/kejadian, memecahkan masalah, dan membuat keputusan berdasarkan alasan dan bukti yang valid. Secara konseptual, corak berpikir analitis dipengaruhi oleh kesesuaian gaya belajar mahasiswa dengan gaya mengajar dosen, dan dimoderasi oleh metode mengajar dosen. Penelitian dilakukan terhadap 947 mahasiswa di Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung, yang terdiri dari 367 lakilaki dan 580 perempuan, dengan rentang usia antara 17 sampai 25 tahun. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa corak berpikir analitis dipengaruhi oleh kesesuaian gaya belajar mahasiswa dan gaya mengajar dosen ( inferencedoing= 0.077, deduction-doing= 0.080, deduction-thinking= -0.098), dan dimoderasi oleh metode mengajar dosen ( inference-doing*method=-0.307, inference-feeling*method=0.184, recognition of assumption-doing*method=- 0.171, interpretation-watching*method= -0.068). Berdasarkan hasil penelitian ini, dosen tidak harus selalu menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar mahasiswanya. Dosen juga seyogyanya perlu menerapkan metode mengajar baik yang berpusat pada mahasiswa (student-centered) maupun yang berpusat pada dosen (teacher-centered) secara hati-hati agar dapat membentuk corak berpikir analitis mahasiswa yang optimal. Kata-kata kunci: corak berpikir analitis, gaya belajar mahasiswa, gaya mengajar dosen, metode mengajar dosen

    DNA Barcoding for Selected Mangrove-Based Estuary Fishes from Way Kambas National Park, Lampung Province, Indonesia

    Get PDF
    Over the past decade, DNA barcoding has provided new insight into fish ecology and biosystematics and led to new species' discovery. DNA barcoding is a method for the recognition andidentificationof species using short, standardised DNA fragments. The correct taxonomic identification of species is critical for the assessment and mon-itoring of biodiversity. This study applied DNA barcoding techniques to identify se-lected fish species from a mangrove-based estuary in Way Kambas National Park, Lampung Province, Indonesia. The gene encoding cytochromecoxidase subunit I (COI) was amplified and bi-directionally sequenced from 22 specimens. The resulting 680 base pairs (bp) sequence was used to identify species, obtain phylogenetic infor-mation, and analyse genetic distances. A neighbour-joining tree was constructed based on the mitochondrial COI gene using the Kimura two-parameter model. This study also exhibits conservation status for those identified species. Our findings will facili-tate future studies of fish species diversity in mangrove estuary-based ecosystems and provide preliminary data in policymaking in conservation areas such as National Par

    Phylogenetic Analysis of the Darkfin Hind, Cephalopholis urodeta (Serranidae) Using Partial Mitochondrial CO1 Gene Sequences (Analisis Filogenetik Cephalopholis urodeta (Serranidae) Menggunakan Runutan Gen CO1 Mitokondria Parsial)

    No full text
    Cephalopholis merupakan salah satu genera terbesar dalam subfamili Epinephelinae yang memiliki banyak species. Secara fenotip, C. urodeta dewasa mirip dengan juvenil C. sonnerati karena memiliki ciri mencolok yaitu garis yang menyudut pada sirip ekor. Untuk memahami hubungan genetik pada spesies ikan ini, maka dilakukan analisis molekuler menggunakan ruas gen CO1. Sejumlah spesies ikan (famili Serranidae) dikumpulkan dari wilayah Sulawesi Selatan seperti Sinjai dan Kepulauan Selayar. Karakter fenotip diidentifikasi menggunakan buku katalog spesies kerapu dunia FAO, kemudian sampel yang diduga C. urodeta secara morfologi dipisahkan. Jaringan yang digunakan sebagai sumber DNA adalah jaringan otot bagian dorsal. Berdasarkan sebagian runutan gen CO1, diyakini bahwa sampel tersebut adalah C. urodeta. Runutan basa nukleotida dari sampel dibandingkan dengan 22 runutan basa nukleotida C. urodeta dari GenBank. Berdasarkan rekonstruksi pohon filogeni, C. urodeta dari Sinjai dan Kepulauan Selayar mengelompok dengan C. urodeta dari berbagai tempat seperti Polynesia, Mariana Utara, Filipina, pulau-pulau di sekitar Madagascar (Ouest, St. Gilles, Canyon, Cimetiere, Jaune) dan Adaman, sedangkan sampel dari Laut Arab di lepas pantai India berada pada cabang yang terpisah. Penelitian ini menyatakan bahwa C. urodeta yang melibatkan beberapa tempat dari berbagai perairan seperti Samudera Pasifik bagian Selatan (Polynesia), Samudera Pasifik bagian Utara (Northern Mariana), Laut China Selatan (Filipina), Teluk Bengal (Andaman), Laut Laccadive (reunion of Ouest, St. Gilles and Cimetiere), Laut Arab dan Indo Pasifik Barat (Indonesia) memiliki perbedaan jarak genetik yang kecil. Hal ini berimplikasi pada pemahaman pola migrasi spesies tersebut dan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan konservasi. Kata kunci: Cephalopholis urodeta, CO1, filogenetik, Serranidae, Sulawesi Selatan Cephalopholis is one of the largest genera belonging to Subfamilly Epinephelinae, which has various species. Phenotypically, an adult C. urodeta similar to a juvenile of C. sonnerati, since both of them have a striking trait, two white oblique stripes or bands on the caudal fins. This work was conducted to investigate the genetic relationships of this species using CO1 gene segment. Fish were collected from several sampling point in South Sulawesi areas such as Sinjai and Selayar Island. The phenotypic characterizations were identified using the FAO species catalogue of groupers of the world, and the species that seemed to have C. urodeta morphology then separated. Tissue samples from dorsal muscle tissue were used as the source of DNA. Using part of the CO1 gene sequence, it can be confirmed that our samples are exactly C. urodeta species. The 22 C. urodeta sequences from GeneBank compared with our sequences. Interestingly, because based on the phylogenetic tree, our sequences clustered with the other C. urodeta sequences from several part of the world except the Arabian Sea off the coast of India, which is a separate branch. The present study reveals less genetic distance in C. urodeta than some other parts of the ocean as follows; South Pacific Ocean (Polynesia), North Pacific Ocean (Northern Mariana), South China Sea (Philippines), Andaman, west coast of RĂ©union Island, Arabian Sea and Indo West Pacific (Indonesia). This has implications for understanding the migration pattern of the species and may affect conservation policy decisions. Keywords: Cephalopholis urodeta, CO1, phylogenetics, Serranidae, South Sulawes

    Pelatihan Parenting sebagai Upaya Pemberdayaan Pengelola SPS di CLC Kinabalu

    No full text
    Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi anak khususnya anak usia dini. Hal ini membutuhkan dukungan dari peran orang tua dan lembaga pendidikan untuk mengoptimalkannya. Akan tetapi masih ada beberapa kasus terkait belum adanya kolaborasi antara lembaga dengan orang tua untuk saling mendidik anak. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pelatihan dan pendampingan kegiatan parenting yang dilakukan kepada pengelola SPS sebagai upaya pemberdayaan pengelola CLC. Metode penelitian yang digunakan adalah mix method yang merupakan gabungan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pemilihan sample menggunakan teknik porposive sampling yaitu merupakan teknik pengumpulan data kuantitaif menggunakan aplikasi google form yang disebar secara online kepada 50 orang responden melalui aplikasi whatsapp group. Selanjutnya peneliti mengambil data kualitatif dengan melakukan wawancara melalui aplikasi whatsapp kepada 5 orang responden yang telah dipilih untuk mewakili populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, adanya pelatihan parenting telah mampu meningkatkan peran pemberdayaan masyarakat terhadap pengelolaan lembaga SPS, yakni antara lembaga SPS dan orang tua bersama-sama membangun hubungan yang lebih dekat untuk saling bekerjasama mendidik anak

    Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Pengembangan Institut Teknologi Sumatera (ITERA)

    Get PDF
    AbstrakKawasan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) sedang mengalami perkembangan fisik yang pesat, seperti pembangunan gedung perkuliahan, laboratorium, asrama, juga embung untuk sumber air. Informasi mengenai keanekaragaman hayati di ITERA sendiri belum banyak diteliti, salah satunya adalah keanekaragaman burung. Burung merupakan hewan besar yang cukup sensitif dengan perubahan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keanekaragaman burung di ITERA untuk memberikan informasi dasar. Metode yang digunakan adalah teknik point count, diterapkan pada lima stasiun utama yang dipilih berdasarkan pusat aktivitas pembangunan. Analisis yang digunakan adalah indeks keanekaragaman, kemerataan, juga kelimpahan. Selain itu, status konservasi dan tipe pakan jenis burung dianalisis menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 jenis burung dari 16 famili. Keanekaragaman jenis burung berdasarkan indeks Shannon-Wiener tergolong sedang dan kemerataan jenis merata. Dari kategori kelimpahan yang digunakan terdapat dua jenis burung yang umum ditemukan. Bersumber pada PP No. 7 tahun 1999, terdapat empat jenis burung di ITERA yang termasuk ke dalam kategori dilindungi dan satu jenis termasuk kategori Appendix II di CITES. Feeding guild burung di ITERA didominasi tipe omnivora dan insektivora. AbstractInstitut Teknologi Sumatera (ITERA) campus area is undergoing rapid physical development, such as the construction of lecture buildings, laboratories, dormitories, as well as reservoirs for water sources. Information on biodiversity in ITERA has not much studied, one of which is bird diversity. Birds are large animals that are quite sensitive to environmental changes. This study aims to obtain data on bird diversity at ITERA to provide the baseline information. The method used is a point count technique, applied to five main stations selected based on the center of development activities. The analysis used is an index of diversity, evenness, and abundance. Besides, the conservation status and feed type of bird species were analyzed using secondary data. The results showed that there were 19 species of birds from 16 families. The Shannon-Wiener diversity index classified the bird community as a moderate, and the community evenness index was stable. From the abundance category, two types of birds commonly found. Based on PP No. 7 of 1999, there are four species of birds in ITERA, which included in the protected category and one species, including the Appendix II category in CITES. Omnivorous and insectivorous types dominate bird guild feeding in ITERA

    Infection Rate and Risk Factor of Buffalo Paramphistomum sp. Infection in Solo Raya Region, Central Java, Indonesia

    No full text
    Paramphistomum sp. infection in buffalo of Solo Raya region has not been reported previously. This study aims to estimate the infection rate of Paramphistomum sp. infection in buffalo in Solo Raya and identify the risk factor using prospective approach and cross-sectional pilot study. A total of 59 buffalo faecal samples from 44 small scale farms in Solo Raya were subjected for sedimentation examination. The result was interpreted descriptively, and the risk factors variable were analysed using bivariate and multivariate analysis in R software ver.4.3.1. Paramphistomum sp. egg was found in 20.34% of buffalo faecal samples in Solo Raya Region. Bivariate analysis showed grass feeding and farmers knowledge related to helminthiasis clinical sign and treatment have significant association to Paramphistomum sp. infection. Based on final logistic regression model, Paramphistomum sp. infection was increased by additional grass in feed (OR 5.9, [95% CI: 1.05-32.98] (OR 0.16, [95% CI: 0.04-0.68]) but the risk was decreased by a good farmer knowledge in helminthiasis treatment OR 0.16, [95% CI: 0.04-0.68]. The results indicate that feed management and farmer knowledge should be improved. Further study to explore the parasitic disease in buffalo in Solo Raya Region is suggested
    corecore